Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digadang-gadang sebagai simbol kepedulian pemerintah terhadap generasi emas 2045, kini berubah jadi bahan olok-olok di warung kopi. Alih-alih menyehatkan, menu MBG justru jadi berita utama: makanan basi, berulat, hingga keracunan siswa.
Orang tua murid pun berang. “Kami titip anak ke sekolah, bukan titip anak untuk jadi kelinci percobaan catering murahan!” celetuk seorang wali murid.
Drama MBG Dari Sumenep hingga Pamekasan
Berita Terkini, Eksklusif di WhatsApp Nitizen.ID
+ Gabung
Kasusnya bukan sekali dua kali. Di Sumenep, siswa enggan menyentuh makanan MBG karena sayur hambar, buah sudah menurun kualitasnya, dan nasi lebih mirip bubur basi. Di Pamekasan, 20 siswa diduga keracunan setelah menyantap menu MBG.
Dan jangan lupa, insiden mobil penyalur MBG terguling di Indramayu. Makanan berserakan di jalan, seakan memberi simbol bahwa program ini memang tergelincir dari jalurnya.
Lantas, di mana letak kata “bergizi” kalau anak-anak justru muntah, diare, bahkan trauma makan di sekolah?
Di balik angka-angka APBN, ada wajah-wajah murid SD yang pucat setelah keracunan. Ada ibu-ibu yang bingung harus membawa anak ke Puskesmas atau mengadu ke DPR.
Ini bukan sekadar soal menu basi, ini soal kepercayaan publik. Kalau anak-anak saja tak aman makan di sekolah, apa gunanya klaim besar soal “Indonesia Emas”?
Tegas: Putus Kontrak Penyedia Nakal
Sudah cukup drama “klarifikasi” dan “evaluasi internal”. Kalau penyedia makanan terbukti lalai—mengirim nasi basi, lauk berulat, buah busuk—putus kontrak hari ini juga!
Tetap Terhubung Dengan Kami:



CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.